GARUT – Ketua Umum Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI) Kabupaten Garut, Asep Purnama Alam, membenarkan perihal adanya atlet tenis meja berprestasi yang pindah ke kabupaten luar.
Menurut Asep, ada empat atlet yang pindah ke kabupaten luar. Dari empat atlet itu, dua diantaranya dilatar belakangi faktor domisili. Kedua atlet ini karena domisili sudah pindah ke kabupaten luar sehingga PTMSI pun tidak bisa berbuat banyak dan merelakan keduanya pindah.
Sementara dua atlet lagi menurut Asep, hingga saat ini statusnya belum jelas, walaupun dikabarkan sudah dikontrak oleh Kabupaten Ciamis. Dua atlet ini antara lain Andre jawara tenis meja yang dijuluki si anak ajaib, dan juga Gibran. PTMSI menurut Asep belum menerima permintaan secara tertulis sehingga prosedurnya belum ditempuh.
” Dari 4 orang itu yang ada konfirmasi lisan by phone baru dua. Yang lainnya baru pembicaraan obrolan obrolan saja. Pernah yang Andre beberapa bulan lalu menyampaikan dari pihak keluarga,” ujarya.
Namun demikian, pada prinsipnya kata Asep, PTMSI sangat berharap bahwa semua atlet berprestasi ini tidak pindah. PTMSI berusaha semaksimal mungkin mempertahankan mereka dan berharap masih bisa memperkuat Kabupaten Garut.
“Sebenarnya intinya itu kita mempertahankan mereka semua, karena daerah ya masih butuh tenaga dan kemampuan mereka untuk berbakti mewakili atas nama Kabupaten Garut,” ujarnya kemarin (30/4/2021).
“100 persen saya pribadi dan atas nama organisasi masih berharap dan tetap menyimpan harpan besar mereka mengabdi di Kabupaten Garut,” tambahnya.
Walaupun jika melihat secara hak warga negara, setiap atlet berhak pindah kemanapun dan PTMSI tidak memiliki hak apapun untuk melarang atau menjegal masa depan atlet. Hanya saja menurutnya ada harapan besar atlet berprestasi ini masih bisa berbakti untuk membesarkan Garut.
“Karena kita juga tidak pernah terbersit memiliki keinginan atau maksud menghambat karier termasuk materi dari setiap atlet yang ada di Garut khususnya tenis meja,” tegasnya.
Oleh karena itu menurut Asep, pihaknya akan kembali menjalin komunikasi dengan kedua atlet ini dengan harapan bisa kembali bergabung memperkuat Kabupaten Garut.
Bahkan sampai detik sekarang ini menurut Asep, kedua atlet ini yaitu Andre dan Gibran, masih tercatat dan sudah memiliki tiket untuk memperkuat Kabupaten Garut dalam even Porda 2022 mendatang.
“Andaikata mereka tidak ikut seleksi, mereka itu tidak perlu lagi seleksi, mereka memiliki tiket gratis untuk duduk di kerangka tim yang ada,” kata Asep.
Namun menurut Asep andaikata memang sudah tidak bisa lagi dikompromikan, pihaknya tidak bisa berbuat banyak. Dan pihaknya siap membantu administrasi untuk keperluan atlet itu.
Adapun ketika disinggung soal kesejahteraan atlet yang dikabarkan menjadi alasan utama pidahnya atlet ini, menurut Asep, pihaknya akan berusaha mencarikan ruang agar para atlet berprestasi ini bisa mendapatkan kesejahteraan yang diharapkan.
“Nah berbicara kesejahteraan yang berkaitan nominal materi sebenarnya kita juga tetap berusaha mencarikan ruang dan celah terkait pendaannya,” tegasnya.
Jika berbicara APBD Garut, menurut Asep sangat memungkinkan para atlet berprestasi ini mendapatkan sokongan dana untuk kesejahteraan mereka.
“Sebenarnya dari keuangan APBD masih memungkinkan. Bahkan kalau pendapat saya sangat memungkinkan, yang penting saluran dari hibah uangnya itu yang bisa dikelola dengan baik,” ujarnya.
Dan dalam hal penerima hibah keuangan daerah ini, menurut Asep ranahnya bukan di PTMSI, melainkan di KONI. Jadi KONI lah yang secara aturan menjadi penerima hibah keuangan daerah yang nantinya bisa digunakan untuk keperluan olahraga, kesejahteraan atlet dan lain sebagainya. Adapun PTMSI dalam hal ini hanya sebagai fasilitator juga sekaligus penerima manfaat.
” Karena yang dimaksud saluran hibah keuangan untuk atlet, untuk olahraga itu ya melalui KONI,” tegasnya.
Sementara itu, Yon Mardiono, atlet tenis meja nasional asal Kabupaten Garut ketika dimintai tanggapannya, menyebut bahwa perpindahan atlet itu merupakan hal yang wajar saja. Secara aturan juga dibenarkan dan ada mekanismenya.
“Yang penting kalau mau pindah, caranya yang profesional juga. Kan ada mekanismenya. Sangat wajar,” ujarnya.
Hanya saja Yon menggaris bawahi bahwa pindahnya atlet, memang kerap kali dilatar belakangi masalah kesejahteraan. Tentu dalam hal ini atlet memiliki hak untuk mencari daerah mana yang bisa memberikan kesejahteraan yang baik juga untuk masa depan mereka.
“Karena atlet juga butuh kehidupan untuk masa depannya. Naon deui lamun teu perstasi na anu dijual beliken. Normal da ieu masuk na ka profesional olahraga industri,” ujar Yon dalam pesan whatsaapnya.
Maka dari itu Yon berpesan kepada Pemerintah daerah dan pengurus olahraga agar memperhatikan kesejahteraan atletnya jika memang ingin mempertahankan keberadaan atlet mereka.(fer)